WISDOM 2.0 'Kebijakan Riset dan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir Indonesia Dalam Situasi Covid-19'
  • UTU News
  • 31. 08. 2020
  • 0
  • 2233

MEULABOH - UTU | Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Teuku Umar menyelenggarakan kegiatan Webinar Indonesian Rural and Coastal Community series kedua (WISDOM 2.0) dengan mengangkat tema “Kebijakan Riset dan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir Indonesia dalam Situasi Covid-19." Kamis (27/8).

Kegiatan yang dilaksanakan selama tiga jam penuh (pukul 09.30-12.30 wib) ini menggunakan aplikasi Zoom Cloud Meetings ini menghadirkan nara sumber yang berkompeten di bidangnya yaitu Prof. Dr. Arif Satria, SP., M.Si (Rektor Institut Pertanian Bogor), Hery Gunawan Daulay, S.Pi, MM (Kasubdit Restorasi Pendayagunaan Pesisi dan Pulau-pulau Kecil) dan Drs. Hasbi, M.Si., Ph.D (Ketua Departemen Sosiologi Universitas Hasanuddin). Bertindak sebagai moderator Yeni Sri Lestari, M.Soc.Sc (Sekretaris Prodi Sosiologi FISIP Universitas Teuku Umar).

Rektor UTU, Prof. Dr. Jasman J. Ma'ruf, SE., MBA dalam sambutannya mengatakan
Webinar yang diadakan oleh program studi sosiologi mempertemukan dua kajian riset yakni masyarakat dan juga marine, diharapkan masukan dan inspirasi dari keynote speaker dan juga pembicara. Diharapkan hasil dari kegiatan ini nantinya akan memaksimalkan output dan outcome UTU yakni Agro dan Marine.

"Prodi Sosiologi berperan membina masyarakat atau menggerakkan masyarakat agro dan marine menuju kesejahteraan. Webinar ini diharapkan menyumbang ide kreatif. Para pakar dari IPB, UNHAS, dan kementerian dirasa memiliki peran yang cukup sebagai pemantiknya." Harap Prof Jasman

Prof. Dr. Arif Satria, SP., M.Si dalam materinya yang berjudul "Kebijakan riset dan kesejahteraan masyarakat pesisir indonesia dalam situasi Covid-19 melalui Agro dan Maritim 4.0-”, mengawali penjelasannya terkait posisi Indonesia diperingkat global dalam hal polusi sampah yaitu pada tahun 2010 Indonesia berada di peringkat kedua polusi sampah di laut setelah China. Problem diskonektivitas pembangunan sektor Agro dan Maritim berkaitan dengan perencanaan tata ruang di darat, pesisir, dan laut.

Menurut Rektor IPB University, pada saat ini kondisi perikanan global sangat drob. Hanya sekitar 17% di dunia yang bisa di manfaatkan. Di Indonesia sendiri Sumber Daya Ikan sudah sangat over eksploitasi. Kerugian dari IUU Fishing sekitar 1,2 Billlion dolar di dunia. Di Indonesia masalah terkini adalah masalah konservasi laut, yang mana seharusnya berada pada 10%, kini hanya tinggal, 6,42 %.

Rekomendasi strategis yang dapat dilakukan dalam menagani masalah ini adalah yang pertama, pengembangan program yang terintegrasi untuk mempercepat peningkatan ekonomi berkelanjutan. Yang kedua, penerapan struktur dan mekanisme pengelolaan dan tata kelola yang baik. Yang ketiga mengembangkan pulau-pulau kecil sebagai pusat pertumbuhan baru kegiatan ekonomi di sektor kelautan dan perikanan.

Beberapa program pengembangan agro dan maritim yang telah dijalankan oleh IPB adalah yang pertama, IPB smart and precise aquaculture, IPB Smart Fishing, IPB smart small island, smart coastal management, early warning system keselamatan nelayan, artificial Intelegence, apartemen kepiting, dan precision village.

Selanjutnya Hery Gunawan Daulay, S.Pi, MM dalam paparannya yang berjudul "Kebijakan Riset dan Program Peningkatan Kesejahteraan Pesisir dalam Menanggulangi Dampak Pandemi Covid-19" mengatakan pesisir adalah daerah transisi laut dan daratan, namun pada saat sekarang daerah pesisir banyak mengalami degradasi karena perkembangan penduduk dan Industrialisasi.

Total potensi ekonomi sebelas sektor Kelautan Indonesia: US$ 1.338 miliar/tahun atau 5 kali lipat APBN 2019 (Rp 2.400 triliun = US$ 190 miliar) atau 1,3 PDB Nasional saat ini. Potensi perikanan dan kelautan desa pesisir di Indonesia budaya pesisir laut, pariwisata bahari, perikanan tangkap, BMKT, Ekosistem pesisir (Terumbu karang). Tantangan pembangunan desa pesisir dan pengelolaan masyarakat pesisir di Indonesia, terbatasnya infrastruktur, aksesibilitas, lemahnya kebijakan dan regulasi, keberlanjutan lingkungan, kesehatan sanitasi, pembangunan yang belum terintegrasi rendahnya pengelolaan SDM.

Lanjutnya, arah kebijakan pengembangan SDM Pesisir, melalui pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan. Beberapa output yang dihasilkan oleh kementerian kelautan dan perikanan seperti, E-Jaring, Sistem Informasi Nelayan Pintar, Padat Karya KKP di tahun 2020, Logbook Perikanan, PUMA (Perangkat Ukur Muka air Laut).

Pemateri yang terakhir, Drs. Hasbi, M.Si., Ph.D memaparkan materi yang berjudul "Aktivitas dan Kondisi Kesejahteraan Nelayan Migran Musiman asal Desa Pajukukang Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan Dalam situasi Pandemi Covid-19". Beliau menjelaskan nelayan Migran Musiman Pajukukang Adalah sekelompok nelayan yang melakukan migrasi bermusim ke perairan kalimantan untuk menangkap ikan Perilaku mencari nafkah turun temurun yang diperkirakan telah ada sejak tahun 1940-an Bermigrasi karena merasa potensi ikan tangkapan lebih banyak di perairan kalimantan Bermigrasi selama 6 bulan (Oktober-April), dengan membawa serta anggota keluarga, harta benda,dan hewan ternak.

Respon Nelayan Terhadap Pandemi Covid-19 diantaranya nelayan Migran kembali lebih awal, harga ikan rendah saat awal Pandemi, pembatasan wilayah membuat nelayan takut tidak bisa kembali kedaerah asal. Akibat covid-19 menurunnya permintaan akibat sektor hilir mengurangi aktivitasnya termasuk kegiatan ekspor Berkurngnya daya beli masyarakat akibat penurunannya pendpatan dan pembatasan aktivitas masyarakat Harga jual ikan merosot akibat menumpuknya hasil tangkapan yang sulit dipasarkan di awal pandemi.

Berlakunya PSBB/Karantina skala daerah dan himbauan stay at home berdampak pada pengurangan aktivitas perdagangan termasuk aktivitas nelayan di TPI sehingga nelayan mengurangi aktivitas penangkapan. Interaksi sosial nelayan juga berkurang, karena adanya pembatasan tersebut, kebijkan stay at home mengurangi intensitas pertemuan antar masyarakat nelayan.

Ketua Departemen Sosiologi Universitas Hasanuddin itu juga menuturkan jika Ikatan nelayan sawi dan nelayan punggawa berasas pada sistem patron dan clien, sehingga ikatan emosional mereka sulit terputus. Hal ini pula yang menjadi alasan kesejahteraan nelayan sawi sulit untuk meningkat. Keberadaan koperasi hanya untuk memenuhi kesejahteraan nelayan sawi namun tidak dapat menyediakan modal untuk nelayan sawi membeli kapal.

Dekan FISIP UTU, Basri, S.H., M.H sebelumnya dalam sambutan beliau mengapresiasi webinar yang digagas oleh prodi Sosiologi. Sangat menarik mengkaji masyarakat pesisir, diharapkan dengan adanya webinar ini kita dapat memberikan solusi dalam memberdayakan masyarakat pesisir dalam kondisi covid-19. Pencerahan ilmu pengetahuan dari kegiatan ini tidak hanya untuk Aceh saja, namun untuk seluruh Indonesia.

Yeni Sri Lestari, M. Soc. Sc dalam laporannya menyampaikan angkaian kegiatan webinar ini adalah untuk memberikan solusi dan juga edukasi untuk masyarakat Pesisir dalam menghadapi tantangan covid-19.

Para peserta sangat antusias dalam mengikuti webinar dengan mengajukan pertanyaan sebagai feedback dari webinar dan mereka mengharapkan semoga Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosiologi FISIP Universitas Teuku Umar dapat menyelenggarakan webinar selanjutnya. Webinar ini juga diharapkan bisa melahirkan ide-ide baru yang lebih up to date, kreatif dan bermanfaat bagi masyarakat dalam mensiasati kondisi pandemi COVID-19, di masa new normal. (Aduwina Pakeh / Humas UTU).

Lainnya :